welcome olive ......

jadilah olive yang setia kepada popeye ...

Minggu, 13 April 2014

Rindu Seorang Pelaut

Setelah menempuh perjalanan berkilo-kilo meter yang memakan waktu setengah hari... Menembus hutan dengan menumpang truk angkutan kayu, sampailah pada sebuah perkampungan... Dan akhirnya suamiku DAPAT SIGNAAALLLL...!!! Alhamdulillaahirrobbil 'alamiin.... Kau kabulkan doaku Ya Rabb... Doa kami semua. Suamiku msh diberi selamat, sehat meski dlm keadaan yg begitu sulit. Kapal "Sombar" nya sedang berada di laut tengah hutan dibalik bukit yang amat tinggi. Kapalnya tidak bisa berlabuh jangkar karena kedalaman laut yang tinggi, dan tidak adanya tenaga darat untuk membantunya. Padahal kayu yang akan dimuat adalah jenis kayu tenggelam yang jumlahnya ±400 batang. Muat pun hanya mengandalkan cuaca. Kapal yang tak bisa sandar itu semoga saja bisa diam dalam hantaman gelombang. Berharap angin besar tak kan menghampirinya. Saat ini baru 200 an kayu yang berhasil di muat di kapalnya. Itupun per-kayu harus dipakaikan pelampung. Setiap harinya hanya 10 kayu yang berhasil di muat. Jadi harus berapa banyak hari lagi yang dihabiskan kru "Sombar" di pedalaman Halmahera itu? Kata suamiku, ia terpaksa "mencari" signal untuk melapor ke perusahaan bahwa bahan bakar tinggal seminggu lagi. Mustahil jika harus menunggu selesainya muat kayu tsb. Ohhhh.... Betapa susahnya pekerjaanmu Yah... Belum lagi, persediaan logistik yang semakin menipis. Dan harus menempuh perjalanan 1 hari jika ingin bertemu pasar. Karena suamiku tidak berani memancing (mitos kalau istri lg hamil tdk boleh mancing), dan jika ia sungkan ikut memakan hasil pancingan anak2 buahnya, ia setiap hari hanya makan nasi putih dan telur rebus. Katanya piringnya tak ada warna lain selain putih.... Geli, tapi miris juga mendengarnya... Pun dia katanya ingin sekali mendengar suara anaknya... Ingin bertanya padaku ttg perkembangan si kecil didalam perut... Ia rela menempuh perjalanan jauh itu demi mendapatkan sinyal. Sedang asyiknya kami bertukar cerita, melepas rindu, truk kayu pun membunyikan klakson memberikan tanda bahwa akan berangkat ke dermaga tengah hutan itu (lagi). Huh... Kata siapa jadi pelaut itu enak hanya karna memandang gajinya? Jangan jadikan semua itu menjadi kesombongan semata. Semua profesi pasti ada resikonya. Janganlah berbangga hati menjadi istri pelaut tanpa mengerti segala perjuangan suami di tengah laut sana. Berat sekali rasanya menutup telepon. Tapi segera ku tepis dengan menyemengatinya meski hanya dg kata2. Tak lupa ia minta doa, agar segera bisa menyelesaikan misi ini dan pulang tepat pada waktunya. Itu pasti sayang. Doa itu tak kan pernah lalai aku panjatkan disetiap sujudku. Selamat berjuang lagi sayang. Semoga Allah selalu menyertaimu, sampai tali jangkarmu terikat kuat di pintu dermaga. Sampai kau berdiri dg senyuman di ujung pintu rumah kita. Aamiin...

3 komentar:

  1. Wuah, Alhamdulilah, akhirnya dapat kabar dari suami.
    Semoga selalu dalam perlindungan-Nya. Aamiin....
    Salam buat calon dedek baby-nya :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillahhh mba... setelah galau beberapa hari... hehehe...
      makasih yaa mba, aamiin YRA...

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus