welcome olive ......

jadilah olive yang setia kepada popeye ...

Rabu, 26 Juni 2013

Kalau Popeye di rumah...

Met malem olivers.. Semoga postingan malem ini bermanfaat dan menemani para olivers di sela kerinduan dalam penantian seorang popeye tercinta, hehe. Judulnya curhat kali ya, hhehe.. Oke, gini loh olivers.. Sebagai seorang istri yg berbulan2 berada dalam penantian untuk sang suami, aku biasanya seperti ini, ketika suamiku masih berlayar, aku slalu berkeinginan, berandai-andai gini, Seandainya nanti suamiku udah pulang, aku pengen jalan2 liburan ber2 yg jauh, melepas kangen.. Seandainya nanti suami udah pulang, aku pengen wisata kuliner, memanjakan dia dg makanan2 favoritnya. Seandainya nanti suamiku pulang, aku ingin melakukan ini, melakukan itu.... Dan lain lain lain sebagai bagainya.. Tapi, setelah ia pulang, ga tau kenapa, semua keinginan itu seakan terhapus oleh kehadiran sosoknya yg amat merindukan. Seakan pikiranku ganti seperti ini. Ah, tak perlulah aku keliling dunia, asalkan kau di sampingku... Haha.. Emang lebhay c kedengerannya, tp bener lho... Yg aku rasain sih. Ga tau ya kalo olive2 yg lain, hehehe.. Rasanya tu, adem, ayem, tentrem kalo popeye ada di rumah. Jadi, keinginan buat liburan, hanimun, melepas kangen di tempat yg romantis de el el itu udah ga penting lagi. Orang dia udah di depan mata aja senengnya udah minta ampun. Dia sehari 24 jam, seminggu 7 hari, sebulan 4 minggu, full ada buat aku dan anakku aja udah bahagianya tak terkira lhoo.. Jadi buat apa menginginkan liburan hanimun yg super wah itu. Kadang sesekali emang pernah sih, yaa aku anggap itu bonus yg luar biasaaa.. Keinginan buat manjain lidah suami di tempat2 makan kesukaan suami pun jg udah ga penting lagi. Kenapa coba? Orang suami aja bilang dia paling kangen sama masakan istrinya. Jd dia pengen lidahnya dimanjain setiap hari sama masakanku. Yaa meskipun aku kelimpungan kalo kehabisan resep. Hahaha, tapi sungguh, semua itu bahagianya lebih tak terkira lho.. Hmmm... Jd intinya, kalo suami di rumah setelah berlayar sekian lama itu bahagia sekali. Liburan di luar rumah untuk melepas kangen pun bahagia sekali. Tapi lebih bahagia lg kalo ternyata suamiku lebih nyaman menghabiskan waktu di rumah bersamaku dan si kecil.. Jadi seakan penantian berbulan-bulan dan perjuangan kita menjadi single parent temporary itu terbayar dg adanya dia slalu di rumah ini. Ah, menyenangkan sekali menjadi istri seorang pelaut... :) :) ;)

Minggu, 02 Juni 2013

Kami Istri Pelaut!

Olivers.. Pengen berbagi cerita nich.. Q inget banget suatu kejadian. Dimana hatiku benar2 tesakiti oleh seorang wanita. Ia adl seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Bisa di bilang, hidupnya penuh dg kebersamaan dari orang2 tercintanya. Suaminya. Juga 2 buah hatinya. Jika ia pergi kemana-mana, bisa dipastikan ada suami di sampingnya. Selalu diantar kemanapun ia minta. Tidak manja sebenarnya. Tp agak manja dibilangnya. Sempat iri juga aku dibuatnya. Tapi, suatu hari aku dibuat menangis oleh wanita itu. Beberapa tahun lalu, suamiku memintaku menyusul ke Tanjung Priok, ia mengajakku berlayar untuk yg pertama kalinya. Maklum, aku belum pernah ke Tanjung Priok sebelumnya, aku takut, sendirian pula. Keluarga pun tak tega jika aku melakukannya. Aku ingin sekali menemui sang pujaan hati. Tapi aku takut. Aku buta Jakarta. Tapi aku rindu. Rindu suamiku. Teramat sangat ingin bertemu. Saat itu aku bahkan seperti peminta2. Aku minta siapa saja yg bersedia mengantarku ke Jakarta, Pelabuhan Tj. Priok tepatnya. Sebenernya banyak sekali yg bersedia, tapi kebanyakan mereka sudah punya acara. Akhirnya tiba pada pilihan terakhirku. Suami dr wanita itu yg aku harapkan akan mengantarku. Olivers... Wanita itu adalah istri dari kakak iparku. Jadi tepatnya, wanita itu adl kakakku. Bisa di bayangkan kan, betapa dekatnya hubungan kami. Saling berbagi, saling mengingatkan dan menasehati. Aku memohon pada wanita itu agar suaminya diijinkan untuk mengantarku. Menyatukan sepasang suami istri yang dilanda rindu. Tapi ternyata... Wanita itu tak mengijinkan suaminya untuk mengantarku Kecewa memang, tapi tak apa.. Berbagai alasan ia utarakan. Tak apa. Aku bisa menerima alasan2 itu sebenarnya. Tapi yg tak bisa aku lupakan dan terasa sangat menyakitkan. Wanita itu berkata, "Kenapa seperti itu sj minta tolong, itu kan udah resiko kamu jd istri pelaut? Makanya, aku lebih memilih Mas R*di (suaminya) daripada A*i (suamiku), udah suami istri kok tetep aja pisah2, mau ketemu aja susah." Ya Allah, sakit rasanya mendengar semua itu. Lebih sakit lg karna semua itu keluar dari mulut saudariku sendiri. Ya Allah, apa begitu hina menjadi istri seorang pelaut? Apa begitu hina profesi suamiku? Apa aku salah meminta bantuan padanya? Apa aku salah merindukan suamiku dan ingin sekali bertemu? Sampai2 wanita itu berkata sedemikian halus dan sukses menusuk perasaanku. Maka dari itu hai para istri2 yg selalu bisa bertemu suami setiap hari. Bersyukurlah... Bersyukurlah dg sangat.. Karna kami, para wanita yg miskin sekali dg kebersamaan bersama suami, yg harus banyak pengorbanan jika harus bertemu dg suami, yg dilanda kerinduan setiap hari pada suami, yg menangis tiap malam memohon keselamatan untuk suami, pun slalu dan sangat bersyukur meski hanya 1 layar SMS dari suami menyapa kami.. Itulah yg membuat kami menjadi lebih tegar dan kuat. Kami istri pelaut. Istri seseorang yg langkahnya bisa saja beresiko maut. Kerinduan adalah teman kami. Kebersamaan adalah impian kami. Kesetiaan adalah jiwa kami. I love n trust you my popeye. Biarlah orang mau berkata apa. Aku dan kamu akan tetap saling cinta, percaya dan setia selamanya. Berlayarlah.. Tak peduli sejauh mana, karna jarak tak kan mengurangi rasa cinta kita. Tak peduli negara manapun kau singgahi, kau kan tetap selalu di hati. Di pintu rumah ini, aku slalu berharap kau kembali dari rantauan panjang. Memelukku dan mengatakan "aku pulang sayang".